Penyebab Perceraian Kerap Terjadi di Kota Besar

Spread the love

Setiap pasangan suami istri tentunya menginginkan pernikahan yang langgeng. Namun di era modern seperti sekarang masih banyak kasus-kasus perceraian, terutama di kota-kota besar. Kebutuhan pengacara perceraian Jakarta pun meningkat dengan angka perceraian yang tinggi.

Perceraian sebenarnya bisa terjadi pada pernikahan siapa saja, baik yang di kota maupun di desa. Perbedaan budaya dan gaya hidup masyarakat perkotaan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan angka perceraian di kota-kota besar cukup tinggi. Ada beberapa hal lain yang dapat menjadi pemicu perceraian, seperti beberapa hal berikut ini.

Hal-hal yang Bisa Jadi Penyebab Perceraian

Tidak semua kisah cinta berakhir indah, beberapa harus berakhir dengan sebuah perceraian. Alasannya beragam seperti beberapa faktor berikut.

  1. Perdebatan terus menerus

Namanya hidup berumah tangga pasti akan menghadapi berbagai masalah. Namun masalah yang tidak diselesaikan dengan baik akan membawa pernikahan pada pintu perceraian. Diperparah lagi dengan komunikasi yang tidak berjalan dengan baik antara suami istri.

Masyarakat di kota-kota besar biasanya memiliki kesibukan yang cukup menyita waktu. Hal ini dapat menyebabkan suami istri tidak memiliki kesempatan untuk berdiskusi bersama menyelesaikan permasalahannya.

  1. Prinsip yang berbeda

Suami ingin istrinya fokus mengurus rumah tangga dan anak-anak, di sisi lain istrinya tidak ingin kehilangan karier. Mulai dari hal ini bisa menjadi pemicu perceraian. Perbedaan visi misi antara suami dan istri yang tidak dibicarakan dengan baik dapat menyebabkan mereka memutuskan untuk bercerai.

Biasanya masing-masing memiliki pendirian yang tidak mau diganggu. Mengurus perceraian pun menggunakan pengacara perceraian Jakarta karena tidak mau bertemu di pengadilan. Jika masing-masing keras kepala dan tidak ada upaya untuk saling memahami, potensi untuk bercerai akan lebih besar.

  1. Perselingkuhan

Masyarakat di kota-kota besar juga biasanya memiliki relasi atau koneksi dengan orang-orang yang lebih luas. Kondisi ini bisa menjadi hal yang bagus jika dimanfaatkan dengan baik. Namun sebaliknya, hal ini juga bisa menjadi celah untuk sebuah perselingkuhan.

Misalnya saja lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja dibandingkan waktu yang dimiliki untuk berkumpul bersama keluarga. Suami atau istri yang bekerja ini akan lebih sering bersama dengan rekan kerja hingga menjalin hubungan terlarang. Pernikahan dengan pasangan resminya pun dapat terancam.

  1. Masalah ekonomi

Sebenarnya masalah ekonomi termasuk salah satu alasan yang paling banyak melatarbelakangi kasus-kasus perceraian di berbagai daerah, baik desa maupun kota. Namun di kota-kota besar dengan kebutuhan hidup yang lebih tinggi, risiko perceraian karena masalah ekonomi ini lebih besar.

Bagi pasangan yang tidak memiliki keuangan yang stabil, bisa saja memutuskan untuk berpisah. Kesepakatan mungkin sulit dicapai karena salah satu pihak tidak bekerja atau tidak dapat memenuhi kebutuhan, akhirnya meminta bantuan pengacara perceraian untuk mengurus pengajuan perceraiannya.

  1. Kekerasan dalam rumah tangga

Perceraian juga banyak terjadi karena adanya kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. Kekerasan yang dilakukan kepada pasangan ini tentu karena karakter orangnya bukan karena kotanya. Namun kehidupan di kota yang begitu keras kerap membuat orang-orang semakin tertekan.

Masalah pekerjaan atau lainnya yang dibawa ke rumah dapat memicu terjadinya kekerasan rumah tangga. Dimulai dari kekerasan verbal seperti membentak atau berkata kasar hingga kekerasan fisik yang menyebabkan luka pada tubuh.

Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang paling sering terjadi dialami oleh istri sebagai korbannya. Jika kondisi ini terus menerus terjadi dan tidak ada bantuan dari pihak ke tiga, bukan tidak mungkin korban KDRT akan meminta bercerai.

  1. Memandang rendah pasangan

Penyebab perceraian suami istri juga bisa disebabkan karena salah satu pihak yang memandang rendah pasangannya. Misalnya suami atau istri memiliki penghasilan yang lebih besar atau kedudukan di perusahaan yang lebih tinggi dan menganggap pasangannya tidak bisa diandalkan.

Ketika suami atau istri merasa lebih baik, mereka dapat bertindak yang tidak mengenakan seperti terlalu mengkritisi, tidak pernah merasa bersalah, memerintah semaunya, suka memotong pembicaraan, dan lain-lain. Kondisi ini dapat menyebabkan salah satu pihak merasa tidak dihargai yang akhirnya memutuskan untuk berpisah saja karena sudah terlalu lelah.

  1. Perubahan fisik

Alasan lain yang dapat menyebabkan pernikahan berakhir adalah pasangan yang menyesalkan perubahan fisik pasangannya. Misalnya saja suami atau istri yang tadinya memiliki tubuh fit setelah menikah menjadi gemuk.

Mungkin hal ini cukup jarang, namun fisik pasangan yang dianggap tidak lagi menarik juga dapat menyebabkan terjadinya perceraian. Apalagi jika di lingkungannya sangat mudah untuk menemukan orang-orang dengan bentuk fisik yang rupawan. Keintiman dengan pasangan pun akan berkurang yang ujungnya adalah perceraian.

Itulah beberapa faktor yang sering kali melatarbelakangi kasus perceraian di Indonesia. Angka perceraian di kota besar seperti Jakarta memang cukup tinggi sehingga pengacara perceraian Jakarta banyak dibutuhkan.